Saya mendapat tempat duduk disebelah kiri. Tidak lama pesawat 'take off' dari Banjarmasin menuju Balikpapan. Eng.. ing.. eng... petualangan yang lebih seru akan dimulai.
Pulau Kalimantan adalah pulau yang memiliki banyak sungai, sehingga jika dilihat dari atas, banyak sungai besar yang menghubungkan antar kota hingga provinsi.
Waktu tempuh Banjarmasin - Balikpapan hanya sebentar. Sambil menikmati hamparan alam, kami menikmati makanan kecil yang disediakan pramugari.
Mendekati Balikpapan, pesawat sedikit menukik mengarah ke bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman, Sepinggan Balikpapan.
Saya langsung menyalakan kamera digital dan merekam moment sambil menikmati keindahan alam yang disuguhkan.
Saya langsung menyalakan kamera digital dan merekam moment sambil menikmati keindahan alam yang disuguhkan.
Indonesia mempunyai pemandangan yang luar biasa indahnya, menjelang pendaratan pun kami masih disuguhi pemandangan pantai dan laut yang cantik.
Tak henti-hentinya saya mengucap asma Allah sebagai bentuk kekaguman atas ciptaan-Nya.
Tidak lama, pesawat mendarat di bandara yang baru. Aroma cat dan sedikit renovasi masih terlihat. Hiasan dengan corak Dayak pun terlihat di Bandara.
Menjadi turis norak pun tidak bisa dihindari, mohon dimaklumi, baru pertama kali ke Balikpapan. Hahaha...
Bergantian foto dengan latar yang berbeda-beda.
Jika ingin meneruskan perjalanan ke Samarinda, ibukota Kalimantan Timur, banyak taksi (berbentuk mobil minibus) atau travel resmi. Atau jika ingin backpackeran, jalan kaki sedikit keluar bandara, kemudian naik angkutan umum menuju Terminal Batu Ampar. Bus besar menuju Samarinda tersedia dari pagi hingga jam 15:00 WITA.
Jika ingin ke kota lain selain Samarinda, misal Tenggarong atau Kutai Kertanegara, bisa menggunakan taksi yang berbentuk minibus. Tanya saja di bandara. Ongkosnya sekitar Rp 150.000,- orang. Jika ingin ke Bontang, bisa menggunakan bus besar dari terminal batu ampar. Perjalanan sekitar 5 jam dari Batu Ampar menuju Bontang.
Di Balikpapan kami menginap di rumah kerabat - mbak Aby. Anaknya adalah teman sekolah keponakan kami ketika SD dulu di Depok Jawa Barat. Sayangnya kami tidak bisa bertemu dengan anak sulungnya karena masih di pesantren.
Sampai dirumah mbak Aby kami melepas kekangenan dan banyak bertanya tentang kota Balikpapan. Tidak lama, suaminya pulang untuk istirahat makan siang. Suaminya cerita, tempat bekerjanya cukup jauh, namun waktu tempuhnya hanya sebentar, tidak sampai 30 menit. Wah, asik sekali. Coba kalau rumah di Depok, kerja di Jakarta. Boro-boro mau pulang. Padahal jaraknya kurang lebih hanya 20 KM.
Dari suami mbak Aby, kami ditunjuki beberapa tempat wisata dan bersejarah. Karena kami mempunya Indonesia Travel Atlas, tidak terlalu sulit berjalan di Balikpapan.
Selesai makan siang, suami mbak Aby kembali ke kantor, dan kami dipinjamkan motor untuk keliling kota Balikpapan.
Tempat pertama yang kami datangi adalah Monumen Perjuangan Rakyat. Monumen ini berada di pinggir pantai.
Selfie sejenak didekat monumen. Padahal bawa tongsis loh, tapi dilalah lupa menggunakannya. Yaa.. beginilah kalau jarang selfie, jadi suka lupa kalau didalam tas selain ada kamera pocket, juga ada tongsis. Hahaha... tutup aja deh wajah segede frame, hihihihi....
Tempat bersejarah di Balikpapan berdekatan, satu garis lurus menyusuri jalan raya pinggir pantai.
Tidak jauh dari monumen, kami ke tugu Autralia.
Jangan ngebayangin tugu besar ditempat yg tidak terlihat. Justru tugu ini berkali-kali kami lewati tapi gak sadar. Berkali-kali bertanya sama orang, sampai kami curiga, ada bundaran, mungkin itulah tugunya. Dan ternyata benarrr.
Saya turun dari motor, dan memotret tugu Australia.
Hari semakin sore, kami memutuskan menuju tempat pendaratan helikopter pertama kali. Tempatnya sangat dekat dengan tugu Australia. Kami memarkir motor dekat tugu Australia, kemudian berjalan kami menyusuri pantai hingga menemukan sebuah landasan untuk helikopter.
Tidak jauh dari tempat landasan, ada sebuah rumah yang tidak terawat. Warna dan bentuknya yang unik membuat saya berhenti sejenak untuk memotret, kemudian meneruskan menikmati berjalan di pantai hingga ke landasan helikopter. Sambil memikirkan, seandainya rumah itu bisa difungsikan, bisa sebagai museum kecil, yang memuat foto-foto landasan helikopter, atau apa saja, sayang sekali jika dibiarkan seperti itu.
Ada dua landasan helikopter, di sebelah kiri dan kanan. Mungkin kalau dilihat dari atas, seperti dua mata dan hidung :)
Kembali saya mendekati salah satu tempat pendaratan helikopter.
Banyak muda-mudi menghabiskan waktu disini, selain menikmati matahari terbenam, kita juga bisa melihat pesawat yang terbang semakin dekat karena bersiap untuk mendarat.
Saya pun beristirahat merasakan angin berhembus, matahari bersinar dan menikmati pesawat yang lewat diatas.
Sedang asik menikmati laut dan pesawat yang lewat diatas, saya melihat ada cowok nih lagi hunting foto, hahaa... Kali ini saya tidak menggunakan kamera pocket untuk menjepretnya, tapi langsung dari telepon genggam, hihihi...
Puas mengambil foto-foto kami kembali pulang ke rumah mbak Aby, karena rencananya kami akan makan malam bersama. Kali ini kami menggunakan jalan lain agar kami lebih mengenal seluk beluk Balikpapan.
Kami menuju terminal Batu Ampar, kami lihat tidak ada bus besar menuju luar kota, hanya ada angkutan umum seperti angkot. Tapi di Balikpapan, angkot seperti itu disebut taksi, sedang taksi buat kita di Jakarta disebut argo.
Dari terminal batu ampar, kami pulang ke rumah mbak Aby. Mbak Aby tertawa waktu kami cerita bolak-balik mencari tugu Australia.
Selepas Isya, kami menikmati kota Balikpapan dimalam hari dari sebuah kompleks perumahaan yang berada di daratan yang cukup tinggi.
Kemudian kami makan malam di RM. Torani, rumah makan yang tekenal dengan seafoodnya, terutama kepiting. :)
Sambil menunggu pesananan, anak mbak Aby yang bungsu ini menunjukkan mainan kesayangannya. Hahaha... dia mengintip dari sela kaki mainannya...
Ini salah satu menunya :)
Sampai dirumah, suami mbak Aby mengambil kamera DSLR. Aih, sayang sekali tidak dibawa, karena kita bisa motret bareng.
Selain lensa kit, suami mbak Aby juga mempunyai lensa wide. Menurut teman-temannya, dia membeli lensa yang salah. Saya tersenyum, tidak ada barang yang salah, selagi kita bisa menggunakannya. Saya memberi contoh foto-foto dengan menggunakan lensa tersebut, suami mbak Aby terlihat semangat. Alhamdulillah, semoga semangat kembali motretnya ya...
Larut malam mengobrol tentang fotografi, sampai akhirnya mata sudah tidak kompromi.
Tidur dulu yaaa... :)